Monday, November 9, 2009

Rahsia Disebalik Kejujuran

447879187_7c88e4aee7

Kunci dari kesuksesan adalah kejujuran!kata-kata mutiara yang ini walaupun bukan potongan ayat Al Quran maupun hadits, tapi tidak sulit menangkap makna daripada rahasia kata-kata ini melalui bahasan islam.

Betapa tidak, Nabi Muhammad SAW tercatat sebagai manusia paling jujur, sehingga dengan hanya bermodalkan sikap jujur, nabi Muhammad di tengah-tengah kerasnya kehidupan arab, sangat diapresiasi oleh bangsa arab sendiri sehingga beliau dijuluki Al Amin, yang terpercaya.

Sebenarnya makna yang paling dalam dari kata kejujuran ialah ketika seorang hamba merasa dirinya sangat butuh kepada Allah, takut dengan adzab-Nya, dan rindu berjumpa denganNya. Berapa pun panjang dan berlikunya perjalanan seorang manusia, akhirnya pada satu titik sehingga ia akan merasa lemah dan sangat ingin mencintai TuhanNya.

Maka, jika seorang hamba yang paling berdosa pun, jika ditanya hati nuraninya yg terdalam, maka ia akan menjawab “ya, saya ingin kembali kepada Allah”. Pun jika kita benar-benar ‘mau’ mengintrospeksi diri kita hingga bagian yg terdalam, maka kita sebenarnya tidak pernah mau berbuat dosa! Intinya, jika kita mau mencoba jujur, maka air mata kita akan mengalir dengan sendirinya dan berkta” Aku hanya hambaMu ya Rabb, ampunilah aku…”

Bukti nyata yang lebih mudah dipahami ialah misalnya ketika kita dalam posisi sulit dan terdesak, maka kita akan segera tersadar dengan kehadiran tuhan dengan berucap “Oh my God!..” atau “ astaghfirullah..” dsb.

Sayangnya tingkat kesadaran (awareness) seseorang inilah yang sangat berbeda-beda. Ada segolongan orang yang sangat lupa terhadap Allah, hingga di akhir hayatnya ia ‘baru mau JUJUR! Contohnya ialah Fir’aun. Semasa hidupnya, ia sangat sombong mengaku sebagai tuhan. Fir’aun selalu membahongi kehadirian Allah dalam hidupnya. Tetapi ketika bukti nyata dan ajal telah di depan mata, baru kemudian ia mau jujur dan berkata –ketika akan tenggelam di laut merah- Fir’aun berteriak “Saya beriman kepada tuhannya Nabi Musa dan Bani Israil..! Tapi, apalah guna. Tingkat kesadaran karena faktor tidak mau jujur kepada diri sendirilah yang menyebabkan fir’aun –secara langsung- telah membinasakan dirinya sendiri.

Sebaliknya, ada segolongan orang yang sangat tinggi tingkat kesadarannya terhadap ‘kehadiran’ Allah. Misalnya Nabi Ibrahim, sang pencari Tuhan. Nabi Ibrahim ketika beranjak dewasa dan mulai bisa berfikir, ia menggali potensi kejujuran dalam dirinya, sehingga tidak hentinya-hentinya ia berusaha ‘menemukan’ Allah. Begitu jujurnya Nabi Ibrahim mengakui dirinya.

Sekarang, bagaimana dengan posisi kita? Allah telah mengaruniakan setiap manusia modal yang sama untuk menemukan Allah. Bukankah ketika ketika masih di alam ruh, setiap manusia sudah di-recheck oleh Allah. Allah menanyai dan memastikan setiap hambanya dengan bertanya Alastubirobbikum? Kita menjawab Bala syahidna!

Semakin kita jujur dalam menyadari kehadiran Allah, maka kita akan semakin mampu mengamalkan agama, sehingga kita akan mencapai kebahagian yang hakiki di dunia dan di akhirat. Insya Allah.


2944366145_f9e6a318de

No comments:

Post a Comment